Minggu, 19 Juli 2015

Ahlan wa sahlan Syawal :)

"Ini merupakan hari kedua di Bulan Syawal dan ibuku masih saja iseng menggodaku"
●●●
Assalamu'alaikum Syawal :)
Terima kasih karena telah datang dan memberikan kebahagiaan bagi setiap insan, termasuk aku.
Syawal, sebuah bulan yang sangat dinanti setelah 29 sampai 30 hari berpuasa.
Bagiku Syawal adalah surga dunia karena aku bisa berlibur beberapa hari setelah setiap hari menjadi pedagang di toko.
Yap aku membantu ibuku berjualan di toko, setiap hari.
Terutama kini ayah telah pergi mendahului kami, kami harus extra berjuang untuk menafkahi diri kami, toko inilah yang telah berpuluh tahun menjadi pintu rezeki keluarga kami, terutama ketika gaji ayah masih tak cukup untuk keluarga, toko inilah yang menjadi pintu rezeki utama kami.
Tak hanya libur sejenak yang kusuka dari Syawal. Syawal selalu menjadi momentum untuk menyambung silaturrahim dengan kerabat dan juga saudara, yang jauh maupun yang dekat, semua terjadi di Bulan ini.
Orang tua bersilaturrahim, biasalah pasti yang diomongkan kebanyakan seputar anak-anak mereka.
Begitu pula ibuku.
●●●

Ibu (I): "Ra, ayo cepat. Kalian harus segera ke Bu Um"
Sore itu ibuku memanggil menyuruhku dan kakak-kakakku unjung ke guru ngajiku, Bu Um.
Aku (A) : "yaaa"
Aku pun segera berlari dari kamar ke ruang tamu, menghampiri ibuku, dan duduk dihadapannya sambil memasang kaos kakiku.
I : "Ra, tadi ada yang ngajak ibu besanan"
A: "Ha? Siapa? Males ih" balasku ketus
I: "itu, anaknya Pak T, teman ayahmu. Anaknya kuliah di Unair, jurusannya ibu lupa, tadi ibu bilang sama bapaknya kalau kamu sekarang udah makin cantik"
A: "apaan sih, Bu" aku berusaha menghindari obrolan itu
Mbak Icha (M), kakak perempuanku, tiba-tiba menyahuti
M: "ih ibu, si Ira kan udah punya Azam"
I: "oh iya, Ira kan udah punya, siapa itu namanya, bukan Azam"
A: "haaah? Azam siapa pula? Anak betoyo temen sekelasku dulu? Anak Bu X yang ga pernah masuk kuliah itu? Ogaaah"
Tiba-tiba Mbak Icha menyebut sebuah nama, nama itu memang benar orang yang aku suka, sebenarnya aku curiga jangan-jangan Mbak Icha membuka Noteku tanpa sepengetahuanku.
Dan seketika itu, seisi rumahku tau siapa namanya, tapi aku tak pernah meng-iya-kan. Aku biarkan saja mereka menafsirkan kebenaran sesuatu itu dengan pikiran mereka masing-masing.
Tak ingin berlama-lama aku pun segera mengalihkan pembicaraan
A: "apa sih ini, aku masih semester 4 mau naik semester 5 juga udah main besan-besanan aja"
Aah rupanya aku menemukan sebuah jawaban dari kecurigaanku terhadap ibuku yang sepanjang Ramadhan selalu menanyaiku tentang siapa pacarku.
●●●
Semenjak ayah pergi, aku semakin dekat dan terbuka dengan ibuku, kami jadi semakin sering bercanda. Aku sangat senang melihat ibuku tertawa di tengah kesedihannya yang belum terobati hingga kini
Waktu itu, minggu pertama Ramadhan, setibaku dari perantauan, ibuku selalu memprotes diriku yang tak memakai bedak. Yah aku memang malas berdandan, kecuali jika akan berangkat kuliah, aku hanya memakai lip balm tanpa warna agar bibirku tak kering, celak tipis atau yang orang masa kini menyebutnya eye liner, moisturizer agar wajahku lembab, dan bedak secukupnya, setidaknya aku tidak terlihat terlalu kusam di tengah teman-temanku yang mengkilap.
Di rumah, hampir tiap hari ibuku berkata "pake bedak dong, Ra, biar cantik dikit"
Yaaah hampir setiap hari ibu berkata seperti itu dan aku hanya menjawab dengan candaan "iyaa, ini sudah cantik kok. Nanti kalau cantik, banyak yang naksir, ibu bingung. Hahaha"
Suatu ketika, ibu sudah tak tahan melihatku, akhirnya ibu berniat membelikanku peralatan kecantikan.
Aku, Ibuku, dan Mbak Icha pergi bersama.
Saat itu hanya kami bertiga, belanja make up, dilanjut dengan belanja makanan beku untuk suguhan lebaran.
Aku membeli sepaket make up untuk treatment jerawat.
Yah mukaku mulai berjerawat semenjak aku tinggal di Malang, entah kenapa. Aku tak membeli produk lightening karena aku tak mau terlihat putih hanya di wajah hahahaha.
Setelah membeli semuanya, kami pulang.
Di tengah perjalanan ibuku selalu mengusikku dengan pertanyaan-pertanyaan yang setiap hari diajukannya. Ibu bertanya soal pacar. Aku biasanya menjawab "ga punya pacaaaar" sambil teriak.
Tapi kini, aku yang sudah bosan dengan jawabanku yang biasanya, mulai membuka mulut dengan lembutnya.
"Ga punya pacar, ibu. Ada sih aku naksir seseorang, tapi gatau dianya juga suka apa enggak"
I: "wah alhamdulillah, berarti kamu normal. Tapi dia ga suka kamu? Bertepuk sebelah tangan dong"
[Aku kaget -_- jadi selama ini ibu berpikir aku ga normal karena ga pernah jalan sama cowo ???? ]
A: "aku nggak tau bu dia suka apa engga, kayaknya sih suka hahahaha, tapi ga tau deh, Bu.. udah ah"
Aku mulai menyudahi, tapi ibuku lagi dan lagi terus menginterogasi
I: "anak kedokteran? Kalau bisa yang sama-sama dokter"
A: "emang kenapa kalau bukan dokter?"
I: "ya gapapa sih"
Mbak Icha menyela
M: "yaaa , biar seprofesi aja"
A: "kalau bukan dokter gimana, Bu? Ga setuju?"
I: "ya enggak juga sih. Kalau bisa cari yang lebih tua"
A: "lah emang kenapa?"
I: "biar matinya ga bareng"
Hah? Alasan apalagi itu. Mana ada? Rezeki, jodoh, dan mati kan di tangan Allah.
A: "kalau kakak tingkat anak kedokteran sampe saat ini belum ada yang cocok"
Sepanjang Ramadhan ibu selalu menanyakan hal itu. Aku ingin menyebutkan ciri-cirinya, tapi aku tak ingin memberi harapan palsu ke ibuku. Aku hanya pernah secara kebetulan berkata
A: "wah ini baju siapa masih baru? Bagus lagi. Tp kok XL ya"
I: "baju ayah, belum pernah dipakai, kenapa? mau buat calon kamu?"
A:" "ya ga cukup, buat aku ukuran L aja hahaha"
I: "jadi dia gendut?"
Aku biarkan ibuku mengira-ngira seperti apa dia. Sebenarnya aku juga tidak tahu ukuran bajunya, aku hanya mengira-ngira dengan pengalamanku yang kurasa cukup dalam berjualan pakaian di toko biasanya.
Aku pergi begitu saja. Aku tak ingin membiarkan ibuku semakin berimajinasi. Ya kalau memang berjodoh? Biar nanti saja jika sudah dekat waktunya, biar aku kenalkan siapa orang itu, jika memang dia.
●●●
Terima kasih Syawal, kau telah menyambutku dengan sebuah mimpi :)
Aku tak tau apa itu mimpi buruk pertanda sesuatu? Atau justru itu pertanda baik? Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum
Sampai bertemu dengan Syawal-Syawal selanjutnya jika Allah berkehendak :)
Aku akan membawakan cerita lain di Syawal yang lain
Regards,
Bahira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar