Jumat, 28 Maret 2014

It's not about you and me, it's us

Kini, banyak sekali orang yang menikah tapi melupakan konsep "SE-KUFU"

kebanyakan orang menikah karena "CINTA"
dan menurutnya, CINTA itu tak memandang mau seperti apa orangnya.
bleh.. mereka terlalu buta rupanya. Dunia musik dan perfilman kini yang telah mengubah mindset banyak orang
hei ..
mereka berpikir terlalu SIMPLE.. tanpa pikir panjang nanti mau dibawa kemana pernikahan itu.
masa muda memang indah..
tak berpikir panjang, nantinya mau jadi apa keluarga itu.
mau dibentuk seperti apa anak-anak itu.

kebanyakan orang sekarang berpikir, yang penting cinta, selesailah semua masalah.
padahal, masalah kehidupan nggak cuma soal cinta.
menikah itu menyatukan 2 KELUARGA, bukan cuma 2 ORANG.
maka dari itu, SE-KUFU itu perlu, dan penting menurut saya, meskipun baru saya sadari beberapa waktu ini.
Dulu, saya pernah berpikir ketika sepasang insan hendak menikah dan keluarganya memberikan banyak komentar
"aalaaah, wong iki ngomong opo se, terlalu membeda-bedakan orang, lagian yang nikah kan mereka, bukan dia"
sekarang baru saya sadari bahwa hal tersebut benar dan pikiran saya dulu lah yang salah. sangat salah..

mungkin kalian berpikir "aduh ngomong apasih nih anak kecil, masih kecil juga udah bahas nikah"
silahkan berkata seperti itu, tapi yang pasti ini saya tidak sedang asal menulis. hehehe
saya melihat fenomena di sekitar saya..
meskipun ilmu saya tentang ini masih sangat dangkal, saya pun belum pernah menikah dan merasakannya, tapi saya selalu mengamati sekitar saya.
dulu guru agama saya pun pernah berkata, kalau menikah sebisa mungkin dengan orang yang se-kufu, ini sudah anjuran dari agama.
kalau orang biasanya bilang dilihat dah tuh bibit, bebet, bobotnya

Se-kufu tuh yang kayak gimana sih?
nah, intinya, se-kufu itu kalian sederajat, banyak kesamaan.
derajat ga cuma dari harta loh ya..
contoh se-kufu nih..
kalau yang satu ilmu agamanya bagus, pasangannya sebisa mungkin mengimbangi.
kalau yang satu kaya, jangan sampe pasangannya itu terlalu miskin.
kalau yang satu cantik, jangan sampe pasangannya terlalu nggak tampan.
kalau yang satu profesor, jangan sampe pasangannya itu nggak sekolah.
bukan saya mau membeda-bedakan, tapi memang seperti itu lah idealnya.
kenapa? menikah itu pada dasarnya penyesuaian. kalau perbedaannya terlalu jauh, akan lebih sulit menyesuaikan, meskipun bukan tidak mungkin.
mungkin kalau perbedaannya di dua insan yang bisa saling mentolerir sih nggak papa..
tapi kalau perbedaannya udah di tingkat keluarga? wah.. bisa bahaya
contoh nih ya..
yang satu budayanya emang keras, trus tiba-tiba nikah sama yang ga kebiasa keras.
eeeh waktu di rumah mertua yang keras jadi ga betah deh.. mau pulang ke emaknye aje..
kalau nggak gitu, si keras tinggal sama mertuanya yang super alus, lalu mereka berinteraksi, dan akhirnya sang mertua ngga suka sama si keras karena dianggap tidak sopan.
si keras juga nggak merasa, karena memang budaya di tanah asalnya yang kayak gitu itu dianggap biasa.
bahaya kan.. bisa-bisa pisah itu pasangan karena terlalu banyak ketidakcocokan. Segi budaya juga perlu dipertimbangkan loh..

contoh lain, yang satu terlalu kaya, bisa-bisa si orang ini ga bisa adaptasi sama keluarga barunya yang kaya raya.
bisa juga mertuanya menganggap sebelah mata orang ini.

menikah itu tidak se-simple dan se-bahagia yang dibayangkan yah bro..
itu suatu hal yang kompleks, karena sekali lagi, nggak cuma 2 orang yang disatuin, tapi 2 keluarga.
kalau kamu mau nikahin orang, kamu juga harus mau nikahin keluarganya.. artinya, kamu juga harus menerima kekurangan-kekurangan dari keluarga si dia
kamu harus menerima perbedaan-perbedaan itu. kamu ga bisa selamanya berpegang sama tradisimu. ada kalanya harus mengalah.

sebelum menikah, sebaiknya perlu diperhatikan, dan kalau bisa dibicarakan dan dibuatkan sebuah komitmen.
karena membangun rumah tangga itu ga mudah, gimana caranya membangun rumah tangga supaya kokoh meskipun badai menerjang, itu perlu dimatangkan.
sebelum menikah, tanyakan pada pasangan,
"tujuan menikah ini apa?"
"mau punya anak berapa?"
"mau kayak gimana nanti ngasuh anak?"
"gimana nantinya mendidik anak?"
"watak keluarga kamu kayak gimana?"
"kalau sifat aku kayak gini kira-kira bisa diterima nggak di keluarga kamu?" dan harus jg muncul pertanyaan "kalau keluarganya gini, aku bisa nerima nggak?"
dan masih banyak hal-hal kecil yang bisa menimbulkan masalah karena tidak dibicarakan sebelumnya. Ini sama dengan prinsip ta'aruf dari buku yang pernah saya baca.
pacaran bukanlah hal yang tepat digunakan untuk mengenal calon pasangan, karena, belum tentu seseorang menunjukkan sifat aslinya saat pacaran.

selain itu, kita harus memilih pasangan hidup. memilih? YA
sebagai perempuan, kita harus memilih laki-laki yang sebisa mungkin membuat kita taat sama dia. kenapa? karena hakikatnya wanita itu harus taat pada suaminya
jadi laki-laki juga gitu, cari wanita yang  nurut, mau dinasehatin.
loh kan sekarang emansipasi? ya emang emansipasi sih.. tapi kodrat perempuan itu memang harusnya nurut sama laki. banyak rumah tangga hancur karena perempuannya terlalu berkuasa
kenapa harus cari? karena nggak semua orang bisa bikin kita taat atau mau taat sama kita. istilahnya "cocok2an" klau dalam bahasa jawa

masih banyak lah ya yang peru dicocokkan.
maka dari itu, sebelum membuat komitmen untuk bersama selamanya, ada baiknya kita buat list pertanyaan.
cari yang cocok. tapi jangan terlalu rewel. artinya apa? kita harus memilah, mana yang memang masih bisa ditolerir perbedaannya.
dan kita harus pintar-pintar beradaptasi terutama dengan keluarga pasangan..
orang bilang, mertua perempuan biasanya jahat.. nggak juga. itu cuma karena mereka nggak cocok.
coba kalau dicocokkan dari awal. nggak akan ada keluhan kayak gitu..

tapi tetap ingat, Allah sudah menyiapkan jodoh untuk kita, masih disimpan dan entah kapan dipertemukan (buat yang belum nikah).
entah bertemu di dunia, ataupun di akhirat.

Kalau mau jodoh yang baik, jadilah orang yang baik :)
Sekeras apa pun usaha kita mencari yang cocok, kalau tidak diiringi dengan doa, sia-sialah semuanya.
karena semuanya Allah yang mengatur, Allah lah yang membolak-balikkan keadaan.
Jangan dekati jika kamu belum siap ^^

Selasa, 18 Maret 2014

Bintang Malamku

Basah.
Kulihat rambutmu terurai sedikit basah. Sepertinya efek terkena hujan sore menjelang malam tadi.
Kupandangi sejenak tanpa bisa berkata-kata.
Entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja kau datang menyapaku dari samping.
Dan seketika kau mengajakku berjalan menuju ujung jalan.
"Kata seorang bapak, di ujung sana ada tempat makan"
Kau terus berjalan dan aku mengikutimu dari belakang.

Sepertinya laki-laki ini benar-benar ingin membuktikan apakah penyebab hilangnya nafsu makanku adalah dirinya.
Benar saja, setiap aku pergi bersamanya, aku tak pernah bisa menghabiskan makananku.
Perutku terasa mual. Bukan perkara menjaga citra diri di depan orang yang kusuka.
Tapi sungguh, semua itu terjadi begitu saja.
Aku beralasan semua itu karena asam lambungku yang meningkat akibat terlambat makan, tapi kau tetap tak percaya.

Aku masih cukup tertegun antara rasa bahagia karena kedatanganmu dan ketidakmampuanku menerjemahkan pertanda Tuhan ini.
Kukira kau takkan datang. Tapi ternyata dugaanku salah besar.
Kubiarkan langkah kakiku mengikutimu, perlahan memasuki sebuah gang kecil.
Terdapat beberapa kursi dan meja kayu berjajar. Namun sudah cukup lengang.
Kau mendekat ke sebuah bilik kecil untuk bertanya sesuatu.

"Mas, nasinya habis"
Begitulah yang aku dengar tak lama setelah kau berbicara pada seorang ibu penjaga warung.

Sebentar kita berdiskusi hingga akhirnya kita pun memutuskan untuk duduk saja.
Ya hanya duduk dan berbicara di alun-alun.
Kau duduk lebih awal. Dan aku masih saja kaku berdiri.
Aku bingung.
Aku salah tingkah.
Untuk duduk saja aku sedikit melamun.

Kupandangi langit, sedikit sekali bintang-bintang.
Gelap. Mungkin karena mendung yang tak kunjung beranjak.
 Angin malam tak terlalu menyergap tulang. Tapi aku merasa kaku.
"Bagaimana ujianmu?" kau memecah keheningan.
Dan aku hanya tersenyum.
Tak banyak yang kita bicarakan, sungguh aku tidak tahu harus berkata apa.
Aku masih sedikit dingin, terbawa suasana pembicaraan kita di pesan singkat sore tadi.
"Ini, coklat, ibuku membelinya cukup banyak"
Tiba-tiba saja kau mengeluarkan cukup banyak makanan.
Coklat, kurma, dodol, kacang arab, dan banyak lagi. Semuanya adalah oleh-oleh dari ibumu.
Aku senang, ya, aku sangat senang. Yes!
Makanan selalu bisa membuatku senang.
Tak lama setelah menikmati beberapa butir kacang arab di bawah cahaya bulan yang hampir tak nampak, adzan pun memanggil kita.

"Sekarang kita sholat, nanti kita makan ya setelah ini" katamu lembut padaku
Aku sadar aku lapar, ya aku sangat lapar.
Aku mengangguk saja, kemudian mengikutimu menuju Masjid untuk sholat berjamaah

-o-o-o-o-o-

Kembali kulangkahkan kaki menuju pelataran Masjid Jami' ini.
Dari belakang aku melihatmu. Aku sudah bisa menduga itu kamu.
Aku sangat mudah menghafal postur tubuh seseorang.
Duduk di atas motor barumu. Entah bagaimana, kau tampak lebih keren dari biasanya.
"Kita makan di dekat kosmu ya"
"Kosmu?" sahutku
"Kosmu"
"Kosku?" Kita saling memberi isyarat dengan jari.
Kau mengangguk.
"Baiklah" sedikit kuberikan petunjuk kepadamu tentang tempat makan yang kurekomendasikan.
Kau pun segera melesat duluan dengan kendaraanmu.

Aku masih tidak percaya malam ini benar-benar terjadi.
Kunaiki pula motor kesayanganku yang selalu menemaniku pergi kala sedih maupun bahagia.

-o-o-o-o-o-

Tempat makan ini dihiasi cahaya lampu warna kuning.
Membuatnya tidak terlalu terang, namun cukup nyaman untuk digunakan menghabiskan waktu.
Aku memilih lantai 2 dengan udara terbuka di sekitar.
Dari sini aku dapat melihat lalu lalang kendaraan di jalanan sekaligus merasakan hembusan angin malam

Tak lama kau pun muncul. Berusaha mengageti, namun aku tak terkejut sama sekali.
Sedikit kecewa, itulah yang aku lihat dari ekspresimu.
"Lucu sekali" batinku.
Kau pun segera memposisikan dirimu, duduk berhadapan denganku.
Kali ini sudah tak sekaku yang tadi. Aku bahkan merebut menu makanan yang sedang kau baca.
Kamu pun mengalah saja.

Perutku pedih, entahlah sepertinya penyakit lambungku kambuh.
Tapi aku pun tak tahu bagaimana malam ini aku bisa bertahan hingga akhir.
Sepertinya melihat senyumanmu adalah salah satu obat antinyeri yang cukup mujarab bagiku.


Kita makan, saling memandang, dan berbagi cerita.
Menceritakan harimu, hariku, berbicara ngalor-ngidul, berdiskusi berbagai hal mulai masalah gigi hingga percintaan, permasalahan regional hingga negeri seberang.
Malam ini terasa begitu nyaman.
Beberapa kali mata kita bertatapan.
Kau tersenyum begitu manis.
Mengangkat kedua tanganmu yang mengepal seraya berkata "semangat ya"
"ah, manis sekali" batinku, itulah bagian paling kusuka malam ini.

Bahkan tanpa taburan bintang di langit pun, kau tetap bisa menyinari malamku.
Malam ini. Hanya malam ini. Momen seperti ini sangat jarang terjadi.
Kunikmati saja, raut wajahmu, lengkung senyummu, dan cerita-ceritamu.
Sesekali aku yang heboh menceritakan hal-hal yang menarik bagiku.
Sesekali aku mengernyitkan muka karena menahan sakit perutku.
Tapi semua itu tak jadi masalah.
Malam ini aku bersamamu.
Menghabiskan waktu dengan bintang malamku.
Entah bagaimana, sepertinya ini lah senyum terindahmu yang pernah kulihat.
Lebih indah dari taburan lampu yang dilihat dari pegunungan di malam hari.

Aku semakin sadar.
Aku menyukaimu.
Aku mengagumimu.
Kurasa, aku mencintaimu.
Apakah ini yang namanya kasmaran?