Kamis, 19 Maret 2015

UKT mahal, takut masuk UB

Assalamu'alaikum wr wb
Hai Fellas,
Malam ini saya ingin sedikit banyak bercerita tentang UB dan berita-berita yang marak beredar bahwa UKT di UB MAHAL, tulisan ini khususnya saya persembahkan untuk teman-teman yang sedang duduk di bangku SMA, semoga bermanfaat.

UKT (Uang Kuliah Tunggal) merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk memenuhi syarat administrasi agar bisa mengikuti proses perkuliahan. Dewasa ini sebagian perguruan tinggi sudah menerapkan sistem UKT yang prinsipnya adalah subsidi silang antara kaum dengan derajat sosial yang tinggi dengan yang di bawahnya.
Dalam penerapan sistem UKT, UB tidak banyak berbeda dari perguruan tinggi di Indonesia. Setiap institusi pasti telah menetapkan nominal yang harus dibayarkan, yang berbeda adalah kisaran nominal tiap kategori/golongan di setiap perguruan tinggi yang nampaknya memang menjadi kewenangan institusi untuk menetapkan nominalnya.

Dalam satu perguruan tinggi pun, kisaran angka UKT tetap berbeda tergantung  pada program studi yang diambil mahasiswa.
Ambil saja contoh di program studi saya, yaitu Pendidikan Dokter. Saya pernah sedikit melakukan survei kepada sejawat saya dari beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Dan luar biasa kagetnya saya.
Kenapa?
Di Universitas X, nominal UKT tertinggi hanya sekitar 12 juta rupiah
Di Universitas Y, bahkan di bawah 10 juta rupiah.
Saya hanya bisa geleng-geleng kepala dan berkata "wah luar biasa sekali ya UKT di Universitas saya, padahal sama-sama negerinya"
(Orang tua) Saya harus membayar lebih dari 20 juta tiap semesternya agar saya dapat melanjutkan studi saya, demi menjadi seorang pelayan masyarakat professional.
"Kalau saya kuliah di tempat teman saya, saya bisa dapat 2 semester disana dengan biaya 1 semester disini"
Itulah pikiran saya.
Namun, pikiran saya yang lainnya juga perlu sahabat perhatikan.

Baru-baru ini saya mendapat informasi tentang reward dari universitas untuk prestasi-prestasi mahasiswa di UB.
Alhamdulillah saya dan tim saya pernah mendapat beberapa kesempatan untuk menjadi delegasi UB dalam lomba karya ilmiah mahasiswa FK se-Indonesia.

Saya pun mencoba mengurus reward itu ke rektorat dan dekanat. Memang bagian saya belum cair, namun kakak tingkat saya telah mendapatkan "buah manis" dari perjuangannya sebelum ini. Ketika saya tanya berapa nominal reward dari rektorat, saya cukup tercengang dan kaget. Nominalnya bahkan lebih besar dari hadiah lomba yang diberikan oleh panitia penyelenggara.
Saya pun sedikit iseng, saya survei ke beberapa sejawat saya dari beberapa perguruan tinggi negeri ternama, dan ternyata mekanisme reward di kampus mereka, tak semenguntungkan di kampus saya yang setiap pencapaian pasti ada rewardnya.

Bagi mahasiswa kedokteran seperti saya, jumlah itu cukup untuk digunakan membeli text book kedokteran yang harganya lumayan itu. Bahkan jika dihitung, jumlah yang akan saya terima, melebihi bagi hasil bisnis saya dengan teman-teman baik saya selama satu semester. Dan mungkin bagi teman-teman non FK, uang itu bisa digunakan untuk menebus sebagian UKT yang harus (orang tua/wali) kalian bayarkan atau bahkan menebus seluruh UKT selama 1 semester (tergantung nominal UKT).

Saya pun memutar pikiran lagi,
Jika berprestasi dalam kompetisi, bisa dapat reward sebesar itu untuk membantu pelunasan biaya kuliah. Belum lagi jika dapat meraih dan mempertahankan Indeks Prestasi (IP) atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3,50. Kesempatan mendapat beasiswa pasti terbuka lebar, terutama bagi yang kurang berkecukupan.

Selama ini saya selalu update info beasiswa di web beasiswa.ub.ac.id dan saya merupakan saksi, bahwa banyak sekali penawaran beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara finansial dan aktif dalam organisasi serta memiliki pencapaian akademik yang memuaskan, bahkan syarat IPK kebanyakan hanya 3,00 bukan 3,50.

Menurut testimoni penerima beasiswa, memang mengurus pendaftaran untuk penawaran beasiswa agaklah rumit. Namun, jika kita memenuhi syarat, mampu untuk mengurusnya, dan memang itu bisa membantu meringankan beban orang tua, kenapa tidak?

Saya sering mendapat pertanyaan dari adik tingkat saya mengenai UKT di UB, nampaknya mereka ragu untuk mendaftarkan diri di kampus perjuangan saya karena takut harus membayar UKT yang cukup mahal dibanding dengan perguruan tinggi negeri lainnya.
Saya juga sering mendengar keluhan teman-teman saya, sesama mahasiswa, mengenai mahalnya UKT yang harus dibayarkan (padahal sesungguhnya orang tua mereka sangat mampu untuk membayar itu).

Terkadang kita terlalu melihat kesulitan dari suatu hal tanpa melihat peluang yang ada. Kita terlalu memfokuskan diri pada hambatan, sehingga pikiran kreatif dan solutif kita tidak bekerja dengan baik.

Terlalu banyak berita yang menceritakan betapa extreme-nya UKT di UB. Tidak ada yang mengimbangi, hingga banyak yang berfikir bahwa kuliah di UB benar-benar akan menguras kantong kita.

Padahal, jika kita mau berusaha, kuliah dengan benar hingga mendapat pencapaian akademik yang memuaskan, dapat membagi waktu antara akademik dan organisasi, serta tetap berusaha mengukir prestasi, insya Allah, Allah akan membukakan jalan yang lebar untuk kita. Terlebih lagi jika kita punya tekad dan semangat juang untuk berbisnis, insya Allah kesulitan finansial untuk memenuhi UKT akan kecil kemungkinannya terjadi. Wallahua'lam.

Sekarang, tinggal kamu putuskan, masih takut masuk UB?

Wassalamu'alaikum wr wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar