Sabtu, 28 Maret 2015

Purnama yang Tak Lengkap

Malam ini aku melihat purnama
Jauh tak seperti biasa
Purnama kali ini begitu berbeda
Bulat tapi tak lengkap
Penuh tapi tak utuh

Hei, kau.
Kenapa duduk meringkuk?
Kuperhatikan seorang yang malang terduduk lemah
Tanpa teman, tapi matanya penuh pesan
Tidak, dia tidak sedang baik-baik saja

Siapa pula anak ini
Duduk di antara dedaunan
Tanpa suara, hanya menampakkan muka
Memandangku seolah memintaku duduk bersamanya
Tak salah lagi, kehadiranku, membuat purnama lengkap, di matanya.

Kamis, 19 Maret 2015

UKT mahal, takut masuk UB

Assalamu'alaikum wr wb
Hai Fellas,
Malam ini saya ingin sedikit banyak bercerita tentang UB dan berita-berita yang marak beredar bahwa UKT di UB MAHAL, tulisan ini khususnya saya persembahkan untuk teman-teman yang sedang duduk di bangku SMA, semoga bermanfaat.

UKT (Uang Kuliah Tunggal) merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk memenuhi syarat administrasi agar bisa mengikuti proses perkuliahan. Dewasa ini sebagian perguruan tinggi sudah menerapkan sistem UKT yang prinsipnya adalah subsidi silang antara kaum dengan derajat sosial yang tinggi dengan yang di bawahnya.
Dalam penerapan sistem UKT, UB tidak banyak berbeda dari perguruan tinggi di Indonesia. Setiap institusi pasti telah menetapkan nominal yang harus dibayarkan, yang berbeda adalah kisaran nominal tiap kategori/golongan di setiap perguruan tinggi yang nampaknya memang menjadi kewenangan institusi untuk menetapkan nominalnya.

Dalam satu perguruan tinggi pun, kisaran angka UKT tetap berbeda tergantung  pada program studi yang diambil mahasiswa.
Ambil saja contoh di program studi saya, yaitu Pendidikan Dokter. Saya pernah sedikit melakukan survei kepada sejawat saya dari beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Dan luar biasa kagetnya saya.
Kenapa?
Di Universitas X, nominal UKT tertinggi hanya sekitar 12 juta rupiah
Di Universitas Y, bahkan di bawah 10 juta rupiah.
Saya hanya bisa geleng-geleng kepala dan berkata "wah luar biasa sekali ya UKT di Universitas saya, padahal sama-sama negerinya"
(Orang tua) Saya harus membayar lebih dari 20 juta tiap semesternya agar saya dapat melanjutkan studi saya, demi menjadi seorang pelayan masyarakat professional.
"Kalau saya kuliah di tempat teman saya, saya bisa dapat 2 semester disana dengan biaya 1 semester disini"
Itulah pikiran saya.
Namun, pikiran saya yang lainnya juga perlu sahabat perhatikan.

Baru-baru ini saya mendapat informasi tentang reward dari universitas untuk prestasi-prestasi mahasiswa di UB.
Alhamdulillah saya dan tim saya pernah mendapat beberapa kesempatan untuk menjadi delegasi UB dalam lomba karya ilmiah mahasiswa FK se-Indonesia.

Saya pun mencoba mengurus reward itu ke rektorat dan dekanat. Memang bagian saya belum cair, namun kakak tingkat saya telah mendapatkan "buah manis" dari perjuangannya sebelum ini. Ketika saya tanya berapa nominal reward dari rektorat, saya cukup tercengang dan kaget. Nominalnya bahkan lebih besar dari hadiah lomba yang diberikan oleh panitia penyelenggara.
Saya pun sedikit iseng, saya survei ke beberapa sejawat saya dari beberapa perguruan tinggi negeri ternama, dan ternyata mekanisme reward di kampus mereka, tak semenguntungkan di kampus saya yang setiap pencapaian pasti ada rewardnya.

Bagi mahasiswa kedokteran seperti saya, jumlah itu cukup untuk digunakan membeli text book kedokteran yang harganya lumayan itu. Bahkan jika dihitung, jumlah yang akan saya terima, melebihi bagi hasil bisnis saya dengan teman-teman baik saya selama satu semester. Dan mungkin bagi teman-teman non FK, uang itu bisa digunakan untuk menebus sebagian UKT yang harus (orang tua/wali) kalian bayarkan atau bahkan menebus seluruh UKT selama 1 semester (tergantung nominal UKT).

Saya pun memutar pikiran lagi,
Jika berprestasi dalam kompetisi, bisa dapat reward sebesar itu untuk membantu pelunasan biaya kuliah. Belum lagi jika dapat meraih dan mempertahankan Indeks Prestasi (IP) atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3,50. Kesempatan mendapat beasiswa pasti terbuka lebar, terutama bagi yang kurang berkecukupan.

Selama ini saya selalu update info beasiswa di web beasiswa.ub.ac.id dan saya merupakan saksi, bahwa banyak sekali penawaran beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara finansial dan aktif dalam organisasi serta memiliki pencapaian akademik yang memuaskan, bahkan syarat IPK kebanyakan hanya 3,00 bukan 3,50.

Menurut testimoni penerima beasiswa, memang mengurus pendaftaran untuk penawaran beasiswa agaklah rumit. Namun, jika kita memenuhi syarat, mampu untuk mengurusnya, dan memang itu bisa membantu meringankan beban orang tua, kenapa tidak?

Saya sering mendapat pertanyaan dari adik tingkat saya mengenai UKT di UB, nampaknya mereka ragu untuk mendaftarkan diri di kampus perjuangan saya karena takut harus membayar UKT yang cukup mahal dibanding dengan perguruan tinggi negeri lainnya.
Saya juga sering mendengar keluhan teman-teman saya, sesama mahasiswa, mengenai mahalnya UKT yang harus dibayarkan (padahal sesungguhnya orang tua mereka sangat mampu untuk membayar itu).

Terkadang kita terlalu melihat kesulitan dari suatu hal tanpa melihat peluang yang ada. Kita terlalu memfokuskan diri pada hambatan, sehingga pikiran kreatif dan solutif kita tidak bekerja dengan baik.

Terlalu banyak berita yang menceritakan betapa extreme-nya UKT di UB. Tidak ada yang mengimbangi, hingga banyak yang berfikir bahwa kuliah di UB benar-benar akan menguras kantong kita.

Padahal, jika kita mau berusaha, kuliah dengan benar hingga mendapat pencapaian akademik yang memuaskan, dapat membagi waktu antara akademik dan organisasi, serta tetap berusaha mengukir prestasi, insya Allah, Allah akan membukakan jalan yang lebar untuk kita. Terlebih lagi jika kita punya tekad dan semangat juang untuk berbisnis, insya Allah kesulitan finansial untuk memenuhi UKT akan kecil kemungkinannya terjadi. Wallahua'lam.

Sekarang, tinggal kamu putuskan, masih takut masuk UB?

Wassalamu'alaikum wr wb.

Rabu, 18 Maret 2015

Tentang Kamu dan Hujan

Kemarin hujan, sayang
Airnya sangat menghantam
Alirannya begitu tak tenang

Kupandangi
Kuamati
Kuperhatikan langkamu
Dari jauh

Aku hendak memanggilmu
Tapi lidah ini terlalu kelu
Diri ini terlalu ragu
Aku hanya diam terpaku

Aku tak kuasa
Aku hanya melihatmu pergi
Mengikuti aliran, jauh ke ujung sana
Dan aku, tertinggal di bawah tenda ini

Hari ini hujan, sayang
Tetesannya begitu menghujam
Apa yang terjadi?

Aku tak tahu apa yang sedang terjadi
Sungguh ku tak mengetahui
Apa arti dari pertanda ini

Tak kusangka, tak kukira
Semesta kali ini berpihak padaku
Dan hujan hari ini telah menjadi perantara
Bertahanlah di sisiku, tanpa ada lagi ragu

Selasa, 17 Maret 2015

Terlalu malu

Aku tak pernah tau siapa orang yang kelak akan mengisi hari-hariku.
Tak dapat dipungkiri, aku pernah berharap itu kamu.
Seseorang yang bahkan untuk melihat saja aku malu.

Mengenalmu bertahun-tahun tak berarti aku tahu kamu.
Sering aku bertanya bagaimana sebenarnya sifatmu.
Aku memang teman baikmu.
Tapi aku tak tau, kenapa kini aku bisa semalu ini padamu.

Melihatmu aku malu.
Menyapamu? Apalagi itu.

Aku tak tau siapa orang spesial itu.
Yang akan mengisi sisa hari dan hidupku.
Aku hanya ingin Allah meneguhkan hatiku.
Untuk tetap menjagaku dari bahaya nafsu.

Kalaupun kita ditakdirkan untuk bertemu.
Semoga itu memang yang terbaik untuk kamu dan aku.
Dan kalaupun kita tidak ditakdirkan untuk bersatu.
Maka aku yakin, Allah telah menyiapkan yang terbaik untukku dan untukmu.

Sabtu, 14 Maret 2015

AEON

AEON,
Sebuah kata dari bahasa Inggris yang berarti "beribu-ribu tahun"
Sebuah nama yang tercetus secara insidental untuk grup yang terbentuk secara insidental pula.

Kami terbentuk secara tak di sengaja
Kami dipertemukan dalam kesulitan
Fika, Onny, Bhayu, Shelby, Exgha, Satria, dan aku (Ira). Kami terjebak dalam sulitnya survive dan beradaptasi di lingkungan baru, dunia mahasiswa kedokteran.
Mungkin teman-temanku tidak terlalu kesulitan, tapi aku, sebagai bocah yang sangat mudah mengantuk saat belajar, tak bisa tahan belajar sendirian di kamar.
Saat itulah dimulai perjalanan dari soulgroup ini.
Fika, yang selalu tertidur denganku saat belajar di kos, berinisiasi mengajakku belajar bersama teman-temannya, tak semua aku kenal, tapi saat itu lah kami mulai saling mengenal.

Hari berganti, pertemuan-pertemuan belajar selalu diiringi dengan pertambahan anggota-anggota baru.
Hakiem, Ikhsan, Rahmad, Edel, dan yang terakhir Khalfi.
Saat itu lah kami memutuskan untuk menetapkan anggota kelompok belajar ini, karena space rumah Exgha akan terasa sempit jika kita menambah orang lagi.

Meskipun telah menetapkan anggota tetap kelompok belajar, tapi kami tak pernah menutup diri dari teman-teman yang ingin belajar bersama.
Jejep, Linda, dan Adrian, mereka terkadang juga bergabung dengan kami, dan kami sangat senang dengan kehadiran mereka.

Kami memang, memiliki nama, tapi itu tak membuat kami menjadi sebuah geng exclusive yang tak mau berbaur dengan dunia luar.
Kami sangat welcome kepada siapa saja yang memang sedang berjuang bersama kami.

Waktu terus berlalu, kami tak hanya belajar, kami pun bermain bersama, tapi kami tak memprioritaskan agenda itu.
Kami hanya keluar ketika selesai ujian blok, UAS, dan ketika ada moment-moment special seperti ulang tahun salah satu dari kami.

Setiap orang mempunyai kesibukannya masing-masing, kami semua memiliki organisasi yang harus diurus
Fika-LAKESMA
Onny-baru bergabung dengan HMPD
Bhayu-baru bergabung dengan HMPD
Exgha-BEM FKUB
Shelby-AMSA, HMPD, ISMKI
Satria-HMPD
Ira-LSIM, BAPIN ISMKI
Hakiem-BEM FKUB
Ikhsan-BEM FKUB
Rahmad-Dagangan dan sedang akan menjadi anggota LSIM
Edel-LAKESMA
Khalfi-sedang dalam tahapan untuk menjadi anggota LSIM
jadi memang kelompok ini sangat jarang bisa kumpul lengkap, cukup sulit.
Terakhir kami kumpul sebelum aku menulis tulisan ini adalah Jum'at, 13 Maret 2015 (itupun tak lengkap). Kami mendapat rezeki traktiran hari kelahiran Fika yang ke 20 tahun, seharusnya Fika ulang tahun pada tanggal 24 Maret, tapi sebelum kami semakin sibuk, kami menyempatkan satu malam untuk berkumpul, tanpa ada buku, handout, dan soal :)

Fika, sangat ingin menjadi dokter yang terjun di masyarakat, menjadi klinisi seutuhnya.
Onny, gadis rajin nan cerdas, cukup diam namun mematikan. Narsis pula haha
Bhayu, pacarnya Onny, ga kalah rajinnya, jago anatomi.
Shelby, bercita-cita untuk menjadi dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.
Exgha, seorang calon direktur rumah sakit.
Aku, ingin menjadi akademisi dan juga peneliti.
Hakiem, dia tak terlalu mengekspos dirinya, diam, namun sekali bicara, sangat tajam wkwk
Ikhsan, aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan, cita-cita sebagai dr. Sp.OG
Rahmad, pedagang handal, semua barang bisa saja dia jual sebagai bentuk usaha.
Edel, laki-laki paling baik hati hahaha, suka garuk-garuk, dan ingin dirinya menjadi Sp. KK
Dan Khalfi, tak suka difoto, bisa tiba-tiba berubah pikiran secara drastis, tampak bakat sebagai akademisi dan ahli biomolekuler.

Itulah kami :)
Mungkin bagi pembaca, cerita ini kurang ada manfaatnya, namun saya hanya ingin bercerita, inilah kami, dipertemukan dalam sebuah kondisi yang membuat kita bertahan sampai kini, dan semoga sampai nanti :)