Rabu, 31 Desember 2014

Apa yang kau mau?

Rintik hujan sore itu setia menemani Naya yang belajar hingga malam.
Layaknya orang belajar, pastilah Naya dilanda kebosanan di tengah keseriusannya membaca.

Naya, seorang mahasiswi kedokteran semester III di Universitas Brawijaya Malang, mulai membuka jendela lain dari laptopnya.
Sedari sore Naya membuka beberapa window, satu di antaranya adalah browser yang selalu ia gunakan ketika ia dirundung kebosanan.
Dengan lihai Naya mengetik "Facebook" dan menekan "Ctrl+enter". Seketika terbukalah halaman beranda facebooknya. Naya mulai berselancar melihat gambar-gambar unik dari Page kesukaannya.
Ia melihat dan menyimpan satu persatu gambar "DIY Ideas" yang menarik hatinya. Tak terasa ia menghabiskan waktunya hingga pukul 22.00 WIB untuk menghibur hatinya yang sedang dirundung kegundahan.

Pikirannya berkecamuk, di satu sisi Naya merasa bosan dengan rutinitasnya sebagai mahasiswa FK yang selalu dituntut untuk belajar, dan di sisi lain, Naya memang harus belajar karena ujian sudah dekat.
Seringkali ia berpikir "dunia kedokteran tak cocok denganku".
Seketika itu pula ada jawaban "Lalu apa yang kau mau?"

Naya sangat menyukai matematika dan tak banyak ia temukan di kedokteran, memang awal mula ia masuk ke dunia kedokteran bukan murni keinginannya. Ia hanya tak ingin mengecewakan orang tuanya yang memang mengharapkannya menjadi seorang dokter. Naya mudah  sekali panik dalam kadaan emergency, Naya juga sangat tak tega melihat orang-orang sakit terutama dengan berdarah-darah. Itulah alasan mengapa ia takut untuk menjadi dokter.

Selain matematika, Naya juga sangat senang membuat kerajinan tangan. Ia senang dan sangat telaten membuat sesuatu yang bermanfaat dengan tangannya. Salah satu yang membuat ia lebih bersemangat dalam hal ini yaitu ketika keluarga besarnya memuji seserahan pengantin yang memang dibuat oleh Naya tanpa sepengetahuan mereka, Naya berpikir bahwa pujian itu benar-benar objektif. Kala itu, kakak Naya akan menikah dan Naya lah yang mendapat tugas dari ibunya untuk menghias seserahan pernikahan kakaknya.
***

"Ini bukan passion-ku!" Teriakan itu terdengar kembali semakin keras dan semakin kencang dalam tubuh Naya.
"Sebenarnya kamu kenapa? Jika ini bukan passion-mu, lalu apa?" Tiba-tiba ada suara membalas perkataan Naya
N : Aku... aku ngga mau jadi dokter, aku suka seni !
S : hei.. apa kamu lupa bahwa mengobati pasien itu seni? Setiap pasien butuh perlakuan berbeda..
N : tapi aku lebih suka menggunting, menjahit, dan membuat suatu yang bermanfaat.. aku tak suka belajar hanya duduk melihat buku.
S : kamu benar suka menjahit?
N : ya.. aku sangat suka
S : kalau begitu, sekarang kamu hanya perlu lebih rajin belajar :)
N : apaan coba.. orang lagi males belajar ginian juga (dengan nada marah dan kecewa Naya menimpali omongan suara itu)
S : percayalah :) kamu hanya perlu lebih giat belajar agar nantinya kamu bisa jadi dokter bedah.. kamu bisa menjahit luka pasien-pasienmu dan kamu akan lebih bahagia ketika melihat pasienmu dan keluarga mereka kembali tersenyum riang :)
Naya pun hanya bisa tertegun ... mencerna kembali kata demi kata dari suara yang tak asing ia dengar, suara dari percakapan ego dan nuraninya.
***